Thursday 15 August 2013

KEPINGAN ROMAN : Sosok Itu Biruni Omar Yusuf

‘Sukses!’

Itu adalah kata pertama yang kulontarkan pagi ini ketika mendapati kantung mata yang kian tebal nan legam. Rupanya hasil perjudianku beberapa malam harus ditebus dengan turunnya kadar ketampanan. Mungkin beberapa orang akan bertanya tentang perihal aktifitasku yang sudah seperti hewan nocturnal.

Aku mengamati sosok yang sedang memperhatikanku saat ini. Sesaat satu alisnya terangkat dan tampak seperti melontarkan pertanyaan ‘kenapa memerhatikanku?’. Sedetik kemudian kepalaku menjawab dengan bergeleng tanpa keinginan menatap sosok di hadapan. Tanganku memegang erat pinggiran wastafel dengan batin yang mencoba untuk sedikit menguatkan pikiran agar berani membuka mata.

Saturday 3 August 2013

Sherlock Holmes

I AM SHER LOCKED


Cita-cita seseorang bisa berubah pada saat masih umur anak-anak, remaja bahkan sudah dalam posisi kerja. Hal itu tidak tanpa alasan juga. Lingkungan adalah pihak paling bertanggung jawab tentang pergeseran mimpi dari awal sampai akhir. Sebuah keberuntungan apabila ada orang yang impiannya dari kecil sampai dewasa tetap sama, bahkan terwujud.

Tidak berbeda dengan saya. Jangan ditanya soal mimpi mau jadi apa ketika masih usia sangat kecil, jawabannya pasti hampir sama. Tapihal paling keren dari sekian banyak mimpi yang kocar-kacir dalam pikiran saya adalah menjadi seorang detektif.

Friday 2 August 2013

U N O

UNO!


Setelah kemarin saya menulis tentang permainan bernama scrabble, maka kali ini pun tidak ada keraguan untuk melanjutkan cerita dari kamar dengan famili yang sama yaitu per-ma-i-nan. Kalau soal permainan saya memang sangat freak. Alasannya sederhana saja. Sejak kecil memang abi selalu membawakan mainan baru setiap harinya meskipun itu dibeli dari tukang jualan yang harganya sangat murah dan tidak selevel dengan milik teman-teman saya.

Tau UNO?

Thursday 1 August 2013

Scrabble

Let's make words! - Scrabble

Pernah membayangkan memainkannya dari jam delapan malam sampai jam satu dini hari? Saya pikir tak usah dibayangkan bagaimana membosankannya permainan ini. Tapi bagi saya serta beberapa teman jika sudah sangat kekurangan tantangan dan bingung saat berkumpul mau ngapain, barang satu itu jadi jalan keluar. Pemecah kebuntuan dan pelarut kekakuan!

Permainan satu ini memang sederhana bentuknya, terdiri dari satu bidang papan terbuat dari karton ukuran sekitar 50cm X 50cm dan bidak-bidak kecil dengan dimensi sekitar 4cm X 4cm bertuliskan alfabet. Tapi  jangan pernah meremehkan harga kelengkapan permainan ini yang mencapai sekitar Rp. 180.000,- s.d. Rp. 300.000,-. Mahal kan? Saya sendiri sampai patungan untuk beli game set-nya

Monday 29 July 2013

[Berani Cerita #22] Tangga Saksinya

berani cerita


Happy anniversary, Sayang!” tawamu masih tetap sama seperti pertama kali kita jumpa.

Aku tiup lilin-lilin yang menerangi wajah cantikmu. Aku bahagia karena tangga ini masih tetap mengikat kebersamaan kita dalam rupa tangis dan tawa. Sepuluh tahun sudah berlalu dengan kamu sebagai teman hidup. Durasi yang cukup lama untuk menghabiskan malam dengan menatap langit penuh gemerlap bintang.

“Tak perlu bertanya apa harapanku, ya?” tanyaku lebih cepat dari ekspresi wajahmu yang penasaran melihat bibirku komat-kamit. “Ada namamu serta namaku bersanding dalam panjatku malam ini,” lanjutku.

Friday 26 July 2013

Aku Dan Si Binatang Jalang

sumber

101010

"Lagi dimana, Kak?" pesan singkat ibu menghentikan petualanganku di kampus gajah.

"ITB. Kenapa?" aku kirim balasan singkat.

"Tumben, ada apa di sana?" lanjutnya.

"Cuma lihat pasar seni yang empat tahun sekali, Bu."

"Ada yang menarik ga di sana????"

"Em... Ada perahu segede gambreng di sini sama stand-stand jualan."

"Oh. G ada yang menarik?" tanda tanya yang berkurang pertanda ibu mulai kehilangan ketertarikan.

"Ada satu stand yang kece. Baju sih, tapi kalo gambarnya Chairil Anwar jadi beda, kan?" tanyaku.

"TITIP!!!"

Tuesday 23 July 2013

[FIKSI MINI] Jangan Renggut Masanya

sumber

“Awas! Awas! Aduh, layangannya jangan dibelokin ke kanan dong, Mat!” gerutu si sulung. 

“Nanti layangan kakak putus kalo kena benang punyamu.”

“Kakak tuh yang melipir ke kiri layangannya!” teriaknya gak mau kalah.

Ini hari keempat mereka libur sekolah. Aku selalu menghabiskan waktu dengan bermain layangan jika sore hari. Tak jarang akhirnya aku disuguhi keakraban lewat teriakan khas anak-anak. Tempat kami bermain sangat luas dan tak ada yang menghalangi laju layang-layang kecuali hujan. Tak jarang jika matahari sedang bersahabat kami selalu menikmati senja bersama dengan sepoy angin.

.     .     .

Monday 22 July 2013

[FIKSI MINI] Enam Tiga Puluh

“Om, apa kabar? Sehat?” pertanyaan itu menelusuri indera pendengaranku.

“Sehat. Manyu apa kabar? Jadi pulang hari ini sama papa Randi? Om tunggu di rumah ya …”

Kusimpan ponselku di dekat lampu tidur, bersebelahan dengan segelas air penawar dahaga jika terbangun dari mimpi. Tak jauh, satu jam digital menunjukkan angka 6:30. Ada sakit yang menjalar dalam aliran darah, ada sesak yang memenuhi rongga dada. Sembilan tahun.

.    .    .

Saturday 20 July 2013

[Berani Cerita #21] Kolak Terakhir

credit



“Teteh! Nanti sore jadi ke rumah kan? Iin kangen main monopoli bareng lagi,” rengekan itu masih sama meskipun usianya sudah remaja.

“Iya. Teteh lagi beres-beres, kalo teleponnya ga ditutup, kapan teteh selesai packing, Sayang?” kedua tanganku sibuk merapikan lusinan bekal nanti malam. “Sudah ya? Nanti teteh kabarin kalo udah mau sampai rumah. Assalamu’alaikum.”

Kuhela nafas panjang dengan mata memejam ke arah langit-langit kamar. Ramadhan sudah sampai penghujung, bisa kubayangkan bagaimana meriahnya nanti sore. Wangi rumah, bertebarannya kue-kue kering, dekorasi khas lebaran dan tentunya semangkuk besar kolak pisang untuk berbuka.

Thursday 18 July 2013

[Berani Cerita #20] Pemilik Cap Bibir?




“Baik, meeting kita sampai di sini saja. Maaf jika kalian harus repot bergegas ke kantor di hari libur. Sampai ketemu lusa dengan ide-ide segar untuk proyek komersial Ramadhan nanti.”

“Mas, udah selesai? Kalau bisa, secepatnya kemari! Alifa rewel gak mau mulai acara sampai kamu datang. Ibu juga udah mulai gelisah.”

Aku terkekeh membaca pesan Mira di ponselku. Satu gelas air cukup untuk mengusir dahaga sisa meeting tadi dilanjut dengan tarian lincah ibu jari di layar ponsel.

Thursday 11 July 2013

Ramadhan di Rantau


Jika kuperhatikan, sudah satu minggu konten televisi dijejali dengan iklan seputar Ramadhan. Rasanya setahun kali ini lebih cepat berlalu. Ramadhan sudah kian di pelupuk mata, mendekat seiring aroma wewangian khas kesehariannya semakin terasa di panca indera. Bulan yang satu ini memang sangat dinanti kedatangannya oleh setiap muslim di dunia tidak terkecuali aku. Satu bulan penuh berkah tanpa kurang keistimewaan di setiap detiknya. Adalah hal yang wajib bagi setiap muslim untuk melaksanakan puasa sedari waktu imsak sampai adzan maghrib berkumandang. Dan itu selama satu bulan penuh lamanya.

Saturday 6 July 2013

KEPINGAN ROMAN : Pahlawan Kembali Ke Haluan



“Kenapa harus begitu?! Persetan dengan persyaratan!”

Aku tersentak dengan nada tinggi yang dikeluarkan lelaki kecil di sampingku, Roman namanya. Baginya berbicara hal-hal penting via telepon merupakan sesuatu yang tidak lumrah dan melanggar etika. Besar dari kesederhanaan serta keteladanan sang ayah membuatnya menjadi pribadi yang santun juga dihormati. Jika sudah keluar kata cacian, itu tidak lebih dari akibat ketidaksesuaian apa yang sedang dia hadapi.

Saturday 29 June 2013

dialog malam hari #1

Tak ada yang berubah dari ibukota. Setiap waktunya udara selalu tak bersahabat. Gerah yang teramat sangat sehingga membuat baju dilumuri keringat. Nikmatilah, tak usah repot-repot menggerutu dengan situasinya. Terkadang aku memaki efek udara ibukota. Tapi apa daya? Sudah settingannya seperti ini. Tuhan Maha Kuasa, ditekan dengan temperatur sekian derajat tubuhku beradaptasi dengan sempurna.

Aku tak pernah membayangkan jika tak memiliki pori-pori di permukaan kulit. Mungkin saja badanku memuai seperti ribuan kabel yang menjuntai menghiasi langit kota Jakarta. Bersyukur memang sudah sepatutnya dilakukan, hanya saja aku ingin sekali menikmati malam di ibukota tanpa ada kata gerah.

“Kamu mikirin apa?” tanya Dya padaku.

Tuesday 18 June 2013

dialog sore hari #1


Langit hari ini cerah. Sesekali biru, tak jarang pula terlihat pucat seolah tiada gairah. Cuaca yang hadir juga tak mau kalah. Sesekali sejuk, tak ketinggalan pula panas terik mendera. Tiga tegukan air mineral dari tumblerku ini meluncur deras seperti seorang anak main perosotan di Atlantis. Segar.

Jalanan terkadang lengang tanpa kendaraan. Nikmatnya pandangan seperti ini. Suasana teduh nan lengang memang sudah mulai jarang di kota ini. Kendaraan bermotor beserta embel-embelnya lebih sering nampak. Ragam polusi kini jadi hal lumrah. Teduh sudah jadi barang langka yang dicari tiap orang.

Bruuuuuuuum…

Friday 8 February 2013

dialog pagi hari #1

Iseng-iseng nengok ibu yang lagi nengok enin. Sepagi mungkin berangkat ke toko biar ketemu si pahlawan janin. Ada hal yang menggelitik pagi itu. Jarang sekali aku merasakan rona bahagia di wajahku sendiri ketika ibu datang berkunjung. Maklum, perang dingin berlangsung sejak beberapa tahun silam baru leleh di tahun ini. 

Kusambut hangat mentari menyeka wajah penuh senyum hendak bertemu ibu dan enin. Tak ada lelah setelah kayuh sepeda keliling komplek. Semakin cepat kukayuh pedal sepeda jauhkan diri dari rumah. Butuh 20 menit lagi untuk bisa segera sampai, namun butuh keberanian lebih untuk bisa bertatap muka penuh tawa seperti ini. 

Tujuanku mulai terlihat, rumah dengan pagar besi setinggi dada orang dewasa berwarna hijau daun kini di depan mata. Pohon cengkih tua yang menemani cerita keluarga besarku terlihat semakin renta. "Ah, rumah ini. Rasanya sudah kulewati 2 dasawarsa penuh cerita" pikirku. Rolling door keemasan itu mengingatkanku pada peluh almarhum kakek dalam membangun usaha keluarga. 

Friday 25 January 2013

tidak sekedar itu

kita selalu sama, selalu seperti itu. 
frase itu muncul perlahan. malam kian larut, kini yang ada hanya dialog sendu antara jarum jam dan deru mesin pendingin makanan. indera pendengaranku tak memiliki kemampuan mendengar irama selain mereka. tentunya tak ketinggalan juga lantunan nada qwerty notebook usangku yang sesekali memekik kesakitan melawan deritan jarum jam.

saya bercerita dan memerah kekesalan.
you always keep me to stay calm.
nafas kian berat dan terasa sulit dikendalikan. sesekali cepat seolah ingin dengan segera meluapkan emosi pada apa yang kutemui saat itu. terkadang melambat karena tak kuasa untuk bisa melampiaskan titik pitamku sekarang. rasanya kamu tak layak untuk mendapatkan itu. kamu terlalu berharga untuk sekedar dapat emosi tak baik milikku.

Thursday 3 January 2013

akhir untuk bermula

Tahun baru masehi selalu menyedot animo penduduk di berbagai belahan dunia untuk bisa merayakannya bak acara ulang tahun. Seolah sebuah acara sakral yang tak boleh terlewat dalam agenda, setiap orang berlomba menyusun ragam acara untuk mengawal pergi "akhir tahun" serta menyambut hangat "awal tahun". Selebrasi setiap orang berbeda, ada yang senang dengan keramaian di kota besar dalam maupun luar negeri, ada yang mencoba lebih mendekat ke alam untuk mencoba lebih selaras, atau ada juga yang lebih memilih tinggal di rumah dan menikmati momen libur berharga dengan keluarga.

Kembang Api, simbol selebrasi. 2010 - 2011