Saturday 3 August 2013

Sherlock Holmes

I AM SHER LOCKED


Cita-cita seseorang bisa berubah pada saat masih umur anak-anak, remaja bahkan sudah dalam posisi kerja. Hal itu tidak tanpa alasan juga. Lingkungan adalah pihak paling bertanggung jawab tentang pergeseran mimpi dari awal sampai akhir. Sebuah keberuntungan apabila ada orang yang impiannya dari kecil sampai dewasa tetap sama, bahkan terwujud.

Tidak berbeda dengan saya. Jangan ditanya soal mimpi mau jadi apa ketika masih usia sangat kecil, jawabannya pasti hampir sama. Tapihal paling keren dari sekian banyak mimpi yang kocar-kacir dalam pikiran saya adalah menjadi seorang detektif.


Lucu memang. Bisa dipastikan, lingkungan kamar kakak sepupu saya yang memberikan stimulasi bahwa detektif adalah impian paling keren. Bagaimana tidak? Sosok detektif yang diekspose habis-habisan oleh kakak saya adalah karakter anime bernama Shinichi Kudo. Dia seorang siswa SMA yang jeniusnya kurang ajar dan seringkali membantu polisi memecahkan kasus-kasus pidana rumit. Seperti anak sekolah lainnya, Shinichi tampil kasual dalam kesehariannya. Hanya saja, ilustrasi dari Aoyama Gosho sensei yang membuatnya tampak elegan di mata para pembaca. 

Tidak berhenti di sana, ada sosok lain yang membangun mimpi saya satu ini selain kakak sepupu. Tidak jauh-jauh, koleksi buku milik bapak yang sudah usang juga membantu pikiran saya untuk bermimpi menjadi detektif. Beberapa buku karangan Sir Arthur Conan Doyle dengan karakter Sherlock Holmes di dalamnya bisa dipastikan ikut andil dengan porsi paling besar.

Sekolah menengah pertama adalah masa di mana saya berkenalan dengan karakter Holmes, Watson, Mycroft dan Moriarty. Jika memiliki waktu sangat luang, maka menamatkan kasus Sherlock Holmes adalah kewajiban. Tak pelak, dalam beberapa kesempatan saya sering berlagak meniru gaya dari Sherlock Holmes.

Sampai tahun 2009 ketika karakter favorit saya diangkat ke layar lebar, maka antusiasme langsung menjalar dan sesegera mungkin menonton filmnya. Sayang, ekspektasi saya tentang karakter yang memerankan Sherlock tidak berkesan. Saya simpan penilaian angka empat dan lima untuk Sherlock yang satu ini sampai ada Sherlock berikutnya. Hal ini terwujud, 2011 saya iseng bermain di satu portal database film dan menemukan judul serial BBC dengan nama Sherlock. Season pertama dilahap cepat. Marathon! Hingga berakhir menggantung di season dua, saya bisa memastikan kalau karakter Sherlock yang satu ini cocok dihargai dengan angka empat dan lima.

Sherlock Holmes adalah tokoh fiktif yang akhirnya berhasil memberikan kontribusi dalam hal imajinasi liar bagi saya. Tokoh detektif yang paling fenomenal ini mampu memberikan kesan bahwa tak ada salahnya punya mimpi yang sangat keren meski mustahil diwujudkan. Bagaimana Sir Arthur Conan Doyle mendeskripsikan situasi dalam ceritanya adalah satu gerbang supaya saya bisa berimajinasi.

I AM SHER-LOCKED


03/08/13

3 comments:

  1. Aku justru gak suka sherlock holmes... aku malah lebih suka Poirot hehehe

    ReplyDelete
  2. aih. tetangga sebelah. apakah karena sudah terlalu mainstream bun seorang holmes? :O

    ReplyDelete
  3. ironisnya malah belum pernah baca sherlocked hehe

    ReplyDelete