Saturday 29 June 2013

dialog malam hari #1

Tak ada yang berubah dari ibukota. Setiap waktunya udara selalu tak bersahabat. Gerah yang teramat sangat sehingga membuat baju dilumuri keringat. Nikmatilah, tak usah repot-repot menggerutu dengan situasinya. Terkadang aku memaki efek udara ibukota. Tapi apa daya? Sudah settingannya seperti ini. Tuhan Maha Kuasa, ditekan dengan temperatur sekian derajat tubuhku beradaptasi dengan sempurna.

Aku tak pernah membayangkan jika tak memiliki pori-pori di permukaan kulit. Mungkin saja badanku memuai seperti ribuan kabel yang menjuntai menghiasi langit kota Jakarta. Bersyukur memang sudah sepatutnya dilakukan, hanya saja aku ingin sekali menikmati malam di ibukota tanpa ada kata gerah.

“Kamu mikirin apa?” tanya Dya padaku.

Tuesday 18 June 2013

dialog sore hari #1


Langit hari ini cerah. Sesekali biru, tak jarang pula terlihat pucat seolah tiada gairah. Cuaca yang hadir juga tak mau kalah. Sesekali sejuk, tak ketinggalan pula panas terik mendera. Tiga tegukan air mineral dari tumblerku ini meluncur deras seperti seorang anak main perosotan di Atlantis. Segar.

Jalanan terkadang lengang tanpa kendaraan. Nikmatnya pandangan seperti ini. Suasana teduh nan lengang memang sudah mulai jarang di kota ini. Kendaraan bermotor beserta embel-embelnya lebih sering nampak. Ragam polusi kini jadi hal lumrah. Teduh sudah jadi barang langka yang dicari tiap orang.

Bruuuuuuuum…