‘Sukses!’
Itu adalah kata pertama yang
kulontarkan pagi ini ketika mendapati kantung mata yang kian tebal nan legam.
Rupanya hasil perjudianku beberapa malam harus ditebus dengan turunnya kadar
ketampanan. Mungkin beberapa orang akan bertanya tentang perihal aktifitasku yang
sudah seperti hewan nocturnal.
Aku mengamati sosok yang sedang
memperhatikanku saat ini. Sesaat satu alisnya terangkat dan tampak seperti
melontarkan pertanyaan ‘kenapa
memerhatikanku?’. Sedetik kemudian kepalaku menjawab dengan bergeleng tanpa
keinginan menatap sosok di hadapan. Tanganku memegang erat pinggiran wastafel
dengan batin yang mencoba untuk sedikit menguatkan pikiran agar berani membuka
mata.