Thursday 23 June 2011

footprints of life


langkah mengukir dunia
Alhamdulillah setelah sekian lama bergelut dengan pertimbangan baik dan buruk tentang blog, maka akhirnya saya telah menyelesaikan berbagai bahan serta mematang kan isi blog yang sedang rekan-rekan kunjungi sekarang. Blog ini memang sudah lama ingin saya realisasikan, mungkin sekitar 1 tahun yang lalu ketika saya mulai terjun ke dunia fotografi kembali. Saat itu saya berpikir akan lebih baik jika hasil jepretan amatir saya di share kepada rekan-rekan semuanya. Ada beberapa hasil jepretan yang saya rasa memang memiliki cerita, baik yang saya tangkap momennya secara tak sengaja ataupun memang karena saya menciptakan momen tersebut.

Tidak hanya pertimbangan fotografi yang membuat saya akhirnya merealisasikan blog ini, tapi juga karena adanya berbagai cerita dan kisah lama tentang keseharian saya dengan lingkungan sekitar. Kisah-kisah tersebut sedikit banyak membuat saya termotivasi untuk tetap bertahan di tengah kerasnya lingkungan yang ada. Itu semua memang hanya kisah lama yang tak lebih dari kenangan belaka, namun kesemuanya itu mampu memberikan nilai tambah bagi saya pribadi.

Friday 17 June 2011

kisah lalu #2

Kutengadahkan wajahku pelan ke arah garuda yang dengan setia tetap menjaga ruangan ini, menemani sepasang singgasana dan sosok hangatku. Dia kaku namun tidak membatu, sayapnya yang dibentang lebar memberi isyarat bahwa dia selalu siap sedia dan begitu tangguh. Perisai yang melindungi jantungnya menandakan bahwa dia berani menahan serangan apa pun untuk melindungi bagian terpenting. Kaki kuatnya mencengkram falsafah yang menjadikannya paling bijak seantero ruangan ini. Setiap harinya dia mengingatkanku untuk selalu menjunjung rasa hormat pada seisi ruangan ini.

Seraya membalikkan badan memunggunginya hatiku bergumam, “bhineka tunggal ika-mu menyadarkanku bahwa aku hanya bagian kecil dari seantero negeri ini, Bung.”

Thursday 9 June 2011

smile

Mr. Smile
Lihat sepatu yang ada di foto?

     Itu adalah satu dari sekian banyak barang yang sangat berarti bagiku. Tanpa dia, apalah jadina diri ini? Jangankan berlari, mungkin berjalan saja aku tak sanggup. Bukan ingin hiperbola tapi memang diri ini memiliki batasan. Bayangkan jika aku harus bertelangjang kaki kemana-mana, entah bakal jadi seperti apa telapak kaki ini jadinya.

Friday 3 June 2011

kisah lalu #1


Cahaya mentari mencoba menembus rimbunnya dedaunan yang melindungi ruangan ku berada di sisi timur. Masih sepi, bangku-bangku masih kosong, gerbang masih tak terjaga, ruang guru hanya beriramakan jarum jam yang menarik waktu, halaman upacara lengang orang namun berhiaskan ranting pohon. Kelas ini masih sunyi hanya ada aku dan papan tulis yang saling berpandangan seolah berdialog tentang pagi ini. Pagi yang dingin dan nyaris menusuk sampai ke sumsum paling dalam jika sang mentari tak berusaha melawan. Ini memang masih pagi, bahkan terlalu pagi untuk memulai pelajaran sekolah seperti biasa. Entah apa yang kupikirkan hingga aku niat untuk menyeruak dari keheningan hari ini. Tak ada hal yang begitu penting hingga mengharuskan aku untuk segera duduk di bangku seperti biasanya.

Tertunduk sejenak menatap meja yang sering menjadikan dirinya sandaran untukku menulis selama beberapa bulan. Aku yang tak pernah beranjak dari sepasang singgasanaku ini seolah sudah memiliki suatu ikatan kuat terhadapnya.