“Sehat. Manyu apa kabar? Jadi pulang hari ini sama papa
Randi? Om tunggu di rumah ya …”
Kusimpan ponselku di dekat lampu tidur, bersebelahan dengan
segelas air penawar dahaga jika terbangun dari mimpi. Tak jauh, satu jam
digital menunjukkan angka 6:30. Ada sakit yang menjalar dalam aliran darah, ada
sesak yang memenuhi rongga dada. Sembilan
tahun.
Jika aku harus
terbangun,
itu karena ada mimpi yang kau wujudkan pagi ini.
itu karena ada mimpi yang kau wujudkan pagi ini.
Arini
19/05/2007
06:30
06:30
Pesan singkatnya menghilangkan kegugupanku menghadapi hari
ini. Ada senyum terkembang dari ibu yang sudah mengantarkanku hingga fase ini.
Tersemat rasa rindu ayah dari bulir air yang menelusuri wajah abang. Aku akan
melepas bahtera takdir dari pelabuhan bernama keluarga Kuncoro menuju dermaga
kecil bertuliskan Arifin.
“Ibu. Abang. Zaki mohon do’a restu,” tak bisa kutahan laju
air dari kedua mata, tangisku menjadi. Dekapan mereka melemahkanku.
“Kamu, pasti bakal jadi suami dan ayah yang hebat kelak,
sama seperti almarhum ayah.”
“Cukup! Kita bubar!
Aku kecewa sama kamu! Mana bisa jadi suami dan ayah yang bener kalo menenangkan
aku saja kamu gak becus! Cih!” teriakan itu cukup menurunkan nyaliku, membuatku
berpikir apa aku memang sebego itu. “Tololnya lagi, ini masih terlalu pagi
untuk memulai pertengkaran! Aku butuh suntikan semangat, bukan komentar hambar
tentang fotoku yang menjiplak punyamu!” lanjutnya dengan nada tak mau turun
hingga penghuni kamar lain melihatku mematung dengan wajah pucat pasi.
Kusibak sweater di lengan, ini memang terlalu pagi untuk
memanaskan suasana. Tampaknya aku memang
bodoh. Gumamku dalam sambil tetap mematung di depan pintu.
Aku memang terlihat seperti orang bodoh,
tapi itu tak sedikitpun menurunkan niat untuk mencoba mengerti kamu
atau menyayangimu.
tapi itu tak sedikitpun menurunkan niat untuk mencoba mengerti kamu
atau menyayangimu.
Zaki
04/04/2006
06:30
06:30
Kini aku terpisah dinding tebal dan hanya bisa merapal
puluhan do’a, semoga bisa jadi mantra ampuh untuk kedua nyawa di dalam. Kakiku
tak bisa berhenti menghentak seiring masih belum adanya kepastian dari dalam.
Sementara itu dari kejauhan ada derap langkah yang bisa kukenali pemiliknya,
ibu dan bang Randi.
“Gimana? Udah?”
Pertanyaan itu hanya mampu menghentikan hentakan kakiku
sesaat. Aku hanya menggeleng dan diikuti lagi dengan irama hentakan kaki. Ya Rabb, berikan yang terbaik bagi hamba.
Jemariku berpagut, mataku memejam kuat. Ada anyir dalam mulutku, ini pasti
karena gigitanku keterlaluan.
“Oooooaaaaaaa… Ooooooaaaaaaaa…” ada jeritan melengking dari
dalam. Ada pujian terlontar dari aku, ibu dan abang.
Ada pelukan dan tangis bahagia. Ada lalu lalang para suster
di depan mata. Dadaku sesak seketika. Kenapa
semua panik? Ada apa ini? Pertanyaan itu berulang kali mengelilingi ruangan
di kepalaku. Kembali, kami merapal do’a.
“Keluarga ibu Arini?” bibirnya mencoba tersenyum, tapi
tatapannya tak bisa menyembunyikan berita lain. Aku mengendus berita buruk di
sini.
“Iya, Dok? Bagaimana kondisi bayinya?” ibu memecah kekakuan.
“Selamat, cucu anda laki-laki …”
“Istri saya, Dok?” jantungkumulai tak stabil, detaknya kian
tak karuan.
“Maaf, kami sudah berusaha. Proses persalinan yang terlalu
lama, terlalu banyak kehilangan darah. Saya turut berduka cita.”
Kriiiiiing… Kriiiiiiiiiing…
Wedding Anniversary
19/05/2009
06:30
06:30
“Berikan dia nama Abimanyu agar tak kenal takut, aku harap
abang mau membesarkannya.”
490 kata
NB : Judulnya diambil dari satu #FF punya mbak Mayya karena belum sempat ikutan Berani Cerita #1 jadinya ya belajar ikut tantangannya. :)
NB : Judulnya diambil dari satu #FF punya mbak Mayya karena belum sempat ikutan Berani Cerita #1 jadinya ya belajar ikut tantangannya. :)
well-crafted, meski mesti kerut2 kening dulu beberapa saat.. :D
ReplyDeleteahey
Deletenuhun udah mampir yah kumei! ;)
you know me so well lah ya :D
keren, saya perlu banyak belajar nih gimana bikin cerita yg singkat namun keren begini
ReplyDeleteterima kasih sudah mampir,
Deletesaya juga masih belajar keras nih buat bisa lebih simpel dan sederhana
Agak pusing bacanya. Runutan ceritanya 2007 - 2006 - 2009. Berarti plotnya maju mundur maju ya?
ReplyDeleteiyaaaaa. maap ya merepotkan pembaca. :p
Deletelagi kena efek summer :D
sebenernya kalo baca utuh bisa jadi begini, 2018 - 2007 - 2006 - 2009 :)
terima kasih sudah mampir
Pemilihan kata nya simple, mudah dimengerti. Tapi alurnya bener2 menakjubkan. Wow. Baca ke bawah, naik lagi cuma utk liat taun. Lagi" di ending harus mikir sebentar. Nice writing, harus belajar sama si penulis.. :)
Deletemaap ya kalo kerepotan buat bisa mencerna plotnya. >.<
DeleteTak apa. Kan itu style penulisnyaaa.. :p
DeleteTerus bikin twisted ending yg keren2 kang!!
ehe...
Deletemakasih supportnya mbak tara. :3
Bangun-bangun, baca ini..
ReplyDeleteLangsung merasa aku nggak punya bakat nulis ("_ _)
*aslinya
ini pasti efek masih ngantuk deh
Deletematanya masih sepet, kepalanya masih pusing akibat kurang tidur
minum dulu sanah!
Hooo
DeleteUdah bangun bener?
Semua bisa nulis, udh mampir jg ke rumah kalimat nya mba nisa. Meninggalkan sebuah catatan di heart trip. :) keren" loh. Suka.pemilihan kata kang arai sama mba nsa beda, tapi sama2 hebatnya. Kudu berguru sama kalian kayanya.. *gantian ngerasa blm mahir menulis* #plak :))
::: Aku akan melepas bahtera takdir dari pelabuhan bernama keluarga Kuncoro menuju dermaga kecil bertuliskan Arifin. :::
ReplyDeletejangan jangan kalimat ini yah yang bikin pembaca bisa mengernyitkan dahi. hihi.. Tapi aku suka pemilihan kalimat seperti ini. Khas. Karena kalimat ini bisa memberikan bentuk berbeda dari kalimat sederhana yang lazim orang pakai. Hasilnya? lain sendiri.
::: “Cukup! Kita bubar! Aku kecewa sama kamu! Mana bisa jadi suami dan ayah yang bener :::
nah nah nah... ternyata teror itu sudah dimulai. Kali ini, pembaca mulai meraba lewat dialog. Biasanya, karena ketidakpahaman pembaca akan deskripsi, bisa sangat tertolong oleh adanya dialog. Apalagi jika mengundang teror ^_^
::: 04/04/2006 06:30 :::
impressive!!! Mungkin sedikit yang menyadari ada kekuatan rima dalam tulisan ini. Bahwa sesuatu terjadi tentang enam tiga puluh pagi... Tanpa mengingat judulnya pun, aku ngeh kok kalo ini punya irama dalam hal waktu dan pesannya di setiap waktu yang sama. Cool!!
::: Kini aku terpisah dinding tebal dan hanya bisa merapal puluhan do’a, :::
ahahaha, selamat buatmu karena gemar memberikan makna ganda dari sebuah kalimat. Betapa tidak, setiap penulis berhak memberi kalimat "nyentrik" dalam tulisannya. Biarlah yang membaca membayangkn dan menduganya sendiri. Tembok apa gerangan yang sedang dihadapi sosok ini. ^__^d
::: Berikan dia nama Abimanyu agar tak kenal takut, aku harap abang mau membesarkannya :::
kali ini aku bisa bilang, endingnya sempurna.... kali ini aku bisa bilang, tidak terlalu cepat dan tidak terlalu akhir. This is! ^_^
aih, ndak nyangka yang ini dapet apresiasi sama kerennya
Deleterimanya berganti dengan angka, beda dari biasanya
dan endingnya memang paling pas dari semuanya
Gue suka nih kayak tulisan2 sbelummnya ... Walo ada beberapa kalimat yg ambigu dan bermakna lebih dari satu! Mungkin itu yg bikin bingung beberapa! Tp endingnya keren! Gaya tulisannya bagus! ;-)
ReplyDeleteiya nih mas
Deleteambigunya masih belum lepas
kebiasaan nulis ngalir
tapi kalo lepas total si ambigu malah mengerikan
btw, makasih udah mampir
gak abis pikir.
ReplyDeletenguras otak euy bacanya
keren
keren juga komentarnya mba'wid..emang beliau editor handal :)
jangan terlalu dipikirin mbak nuyuy. :|
Deletekan kalo otak mbak nuyuy dikuras ampe habis saya yang berabe jadinya. :D