Friday 17 February 2012

isyarat-isyarat cinta

Lama tak jumpa rasanya, setelah berbagai kesibukan dan aktifitas seminggu lalu. Senang rasanya bisa menulis kembali dan berbagi bersama teman-teman. Postingan kali ini tentang review sebuah novel terbitan dari Kaifa Mizan dan sedikit jadul. hehe

Ini dia wujud bukunya! Maaf agak seusah nyari gambar cover-nya. hhe
Judul buku : Isyarat-isyarat Cinta

Penulis       : Jean Ferris

Penerbit     : Kaifa Mizan (2003-an)


Buku yang terbit sekitar tahun 2002/2003 ini meraih penghargaan sebagai ALA Best Book For Young Adults. Pantas rasanya jika buku ini meraih pernghargaan seperti itu karena cerita yang ada tak hanya menarik dan bagus untuk diikuti, tetapi juga memberi banyak pelajaran. Bagi beberapa orang yang kenal denganku mungkin akan sedikit terkekeh ketika melihatku membaca, menenteng atau memajangnya di rak buku. Tapi biarlah, toh memang judulnya saja cukup untuk membuat tertawa kecil jika lelaki membacanya. Tapi kesampingkan itu cerita lama, kini kita langsung kupas tuntas bukunya.



Pasti ada banyak pertanyaan soal buku ini kan?? (kepedean)

Ceritanya berpusat pada sepasang remaja tanggung yang bisa dibilang normal seperti remaja lainnya namun juga bisa dikatakan luar biasa. Theo dan Ivy adalah remaja yang memiliki kemampuan untuk berbicara normal namun juga berbahasa isyarat. Mereka merupakan satu-satunya anggota keluarga yang tunarungu. Mereka berdua adalah penyambung lidah dan kehidupan bagi masing-masing keluarganya.

Theo yang menyayangi ayah dan adik-adiknya ternyata cukup untuk dibuat kesal oleh ibunya. Sedangkan Ivy yang menjadi satu-satunya penerjemah ayahnya malah menikmati kelebihannya itu. Theo mengagumi Ivy di sekolah maupun di luar. Namun bahasa isyarat membuat Theo cukup enggan untuk mendekati gadis tersebut. Sampai satu ketika mereka akhirnya berkenalan dan menjalin hubungan cukup dekat.

Hubungan mereka bisa dibilang sebuah wahana "halilintar" yang bisa membuat dada bergejolak. Bagi mereka hubungan itu lebih dari sekedar hubungan normal lainnya. Ketika remaja lainnya hanya pergi jalan-jalan, ke mall, nonton atau melakukan hal lain yang lebih menyenangkan. Berbeda dengan Theo dan Ivy, mereka harus membina hubungan juga harus berbagi kesenangan dengan masing-masing keluarganya.

Konflik batin mulai terjadi ketika Palma (ibunya Theo) harus rela berjuang sendirian untuk keluarganya setelah ayahnya Theo meninggal. Berat bagi Theo yang ketika itu hendak memutuskan untuk pergi melanjutkan kuliahnya karena harus memperjuangkan keluarganya. Belum lagi hubungannya dengan Ivy yang selalu mendorong Theo untuk maju mengejar cita-citanya. Keputusan yang sungguh berat untuk Theo mengingat Palma begitu bergantung padanya. Tapi dengan penuh keteguhan dan keteduhan, Ivy terus membujuk Theo untuk tidak melupakan mimpinya semata.

Di tengah keterbatasan dan keluarbiasaan lingkungan mereka, Theo dan Ivy mampu membagi kasih sayang satu sama lain dengan keluarganya. Di tengah tekanan keluarga yang cukup membuat pikiran tersita, Theo masih bisa berusaha untuk menjadi orang normal dan meyakini cita-citanya.

No comments:

Post a Comment